Perubahan terus melaju dalam sebuah
inovasi terbaru dalam segala aspek. Teknologi Informasi semakin mendominasi era
yang mulai semarak dengan istilah era informasi. Langkah adaptif harus segera
diwujudkan untuk terus bereksistensi. Hal ini juga yang mesti menjadi perhatian
serius oleh pustakawan dan perpustakaan. Pustakawan diharapkan tidak lagi
sekedar menyibukkan diri pada tugas di perpustakaan dalam batasan ruang dan
waktu. Hari ini pustakawan perlu bertransformasi pada karakter dan identitas
yang mampu membawa profesi ini menjadi urgen dalam arus teknologi informasi
saat ini. Ketika itu dapat terwujud, maka tentu perpustakaan terus hidup dan
menjadi ruang yang vital dalam kebutuhan belajar dan keingitahuan manusia.
Berkaca pada negara maju seperti AS atau
Inggris yang perpustakaannya menjadi pusat belajar dan simbol kemajuan
bangsanya. Tidak perlu jauh bermimpi menyamai bangunan fisik dan arsitekturnya,
tetapi strategi dan sistem yang digunakan
dalam mengembangkan perpustakaan dapat menjadi inspirasi sekaligus
contoh yang baik untuk kemajuan perpustakaan yang tersebar dibanyak pulau
negeri ini. Kita tidak lagi tertinggal selangkah dari mereka tetapi jauh
melampaui apa yang belum dilakukan Indonesia, mulai dari sistem informasi yang
memanjakan, pelayanan yang prima, fasilitas yang memadai dan nyaman.
Ketertinggalan ini diperparah dengan kenyataan bahwa perpustakaan disepelekkan
keberadaannya oleh sebagian masyarakat.
Wajarlah mengapa masyarakat kita terus
memandang pustakawan sebagai profesi yang kurang diapresiasi. Adanya bahasa
yang bermakna ganda seperti pustakawan hanya bekerja menyusun buku, merupakan
tamaparan yang keliru sekaligsu motivasi bagi pustakawan untuk terus
memperbaiki citra serta membangun paradigma menuju profesi yang bermartabat dan
urgen. Mustahillah rasanya mewujudkan kecerdasan bangsa tanpa peran pustakawan,
dan selagi masih ada perpustakaan maka secercah harapan menuju Negara maju
dalam IPTEK akan terus terbentang. Sejarah klasik islam telah menunjukkan
kepada kita bahwa kemajuan selalu bermula dari masyarakat yang gemar membaca,
dan ini ditandai dengan keberadaan perpustakaan islam pertama pada saat masa
kejayaan Bani Abbasiyah, oleh khalifahnya Harun Rasyid dengan terbentuknya
Baitul Hikmah dan perpustakaan di daerah kekuasaan islam pada saat itu.
Kemajuan itu tidak bisa dilepaskan oleh peran pustakawan yang sebagian besar
menjadi ilmuwan, tak jarang dari mereka lahir sebagai tokoh sastrawan,
sejarawan, budayawan atau bidang lainnya yang terkenal didunia.
Maka
untuk mewujudkan itu semua, kami merasa perlu untuk mendiskusikan
dan membangun wacana melalui kegiatan Musyawarah Wilayah Himpunan Mahasiswa
Perpustakaan dan Informasi Indonesia (HMPII) DPW IV Wilayah Indonesia Timur dan
Seminar Nasional dengan berbagai rangkain kegiatan diantaranya
Bedah Buku, Lokakarya HMPII DPW IV dan Panggung Literasi yang mengusung tema sentral “Transformasi Kepustakawanan Indonesia di era Informasi”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar